Tuesday, 28 January 2014

Tagged under:

SUNGAI JERUK MELUAP,PULUHAN HEKTAR TANAMAN PADI TERANCAM GAGAL PANEN

PONOROGO- Ratusan hektar tanaman
padi yang berada di 7 desa yang ada di Kecamatan Balong,
Slahung, dan Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo setiap
musim hujan selalu mengalami gagal panen. Ini menyusul,
ratusan hektar tanaman padi itu menjadi langganan banjir
luapan air Sungai Jerukyang semakin sempit dan
dangkal.Kendati kasus gagal panen ini sudah terjadi sejak 6
tahun lalu, akan tetapi tak kunjung mendapatkan perhatian
dari sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik dari
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga dan Cipta Karya
(BMCK), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) maupun
Dinas Pertanian Pemkab Ponorogo yang berhak menormalisasi
Sungai Jeruk itu. Padahal, rendaman air banjir seperti lautan
di area persawahan itu, tergenang rata-rata selama 3 sampai
7hari.Berdasarkan data yang berhasil dihimpun menyebutkan
lahan pertanian yang setiap musim hujan mengalami gagal
panen itu diantaranya Desa Mojopitu, Kecamatan Slahung,
disusul Desa Bajang, Desa Karangan dan Desa Ngampel,
Kecamatan Balong serta Desa Turi, Desa Josari, dan Desa
Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.Selama ini
para petani menjadi korban kasus pendangkalan dan
menyempitnya sungai Jeruk yang membela dan melintasi
sejumlah desa itu. Langganan banjir yang disebabkan sungai
Jeruk tak mampu menampung air itu meluap menuju
persawahan, jalan antar kecamatan hingga masuk ke rumah
pemukiman penduduk setempat.Salah seorang petani, Suwito
(55) warga RT 02, RW 03, Desa Karangan, Kecamatan Balong
mengatakan lahan sawah miliknya sejak tiga hari ini
terendam air banjir luapan sungai Jeruk. Hal ini disebabkan
Sungai Jeruk tak mampu menampung debit air dari wilayah
Gajah, Sambit, Sambilawang, Wringinamom, dan
Bungkal.Setiap beberapa wilayah itu turun hujan deras,
dipastikan bakal terjadi banjir wilayah perbatasan wilayah
Kecamatan Balong, Slahung dan Kecamatan Jetis itu lantaran
pendangkalan dan penyempitan sungai."Sungai jeruk ini
sudah waktunya dinormalisasi karena kanan kiri sungai sudah
menyempit dan mengalami pendangkalan. Akibatnya sekitar
39 hektar lahan padi di empat desa di sekitar kampung kami
terancam gagal panen karena terendam airluapan sungai,"
terangnya kepada Surya, Selasa (28/1/2014).Langganan banjir
itu, kata Suwito bukan hanya terjadi di area persawahan,
akan tetapi juga masuk ke pemukiman rumah warga di Desa
Karangan di seputar SMA Negeri Balong. Selain itu, jalan
antara Kecamatan Balong - Kecamatan Jetis juga menjadi
langganan banjir itu."Sawah menjadi lautan, jalan antar
kecamatan dan jalan antar desa juga terendam air setinggi
lutut orang dewasa. Ini semua dampak luapan sungai Jeruk.
Selama ini Pemkab Ponorogo diam dan tutup mata.
Sedangkan anggota dewan dari Dapil Balong dan Jetis cukup
banyak akan tetapi mereka juga tutup mata karena tidak
memikirkan petani," imbuhnya.Hal senada disampaikan
Katiman (60), petani lain yang area persawahannya juga
terendam banjir. Katiman menyebutkan langganan banjir itu,
bukan hanya di area pertanian Desa Bajang, Desa Karangan,
dan Desa Ngampel, Kecamatan Balong, akan tetapi juga
terjadi di Desa Turi, Desa Josari dan Desa Tegalsari,
Kecamatan Jetis.Area pertanian di ketiga desa ini, berbatasan
langsung dengan Desa Bajang dan Ngampel. Olah
kerenannya, jika luasan total lahan pertanian yang menjadi
langganan banjir dan terendam sampai tak kelihatan daunnya
sekitar 100 hektar lebih."Kami minta Pemkab Ponorogo
jangan sampai mengolor-olor waktu. Kami minta segera
memperdalam dan memperlebar dasar sungai Jeruk serta
meninggikan tanggul di kanan-kiri sungai. Kami tidak rela
banjir langganan yang disebabkan pendangkalan sungai itu
memicu kami tidak bisa menanam padi dan membuat
pemukiman terkena dampak air banjir," ungkapnya.Kepala
Desa Bajang, Ninik Setyowati (41) pihaknya berharap Pemkab
Ponorogo segera menindaklanjuti permintaan warga untuk
menormalisasi sungai Jeruk itu. Alasannya, dampak dari
luapan banjir sungai Jeruk itu meresahkan dan
merugikanratusan warga dan petani di desanya dan kampung
sekitar desanya itu."Kami minta secepatnya pemerintah
menormalisasi sungai mulai sungai Genting hingga sungai
Jeruk. Sekaligus dilakukan pelebaran dan pengerukan karena
itu penyebab banjir langganan itu," ucapnya.Sementara Kasi
Pengendali Hama, Dinas Pertanian Pemkab Ponorogo, Muhadi
menegaskan tanaman padi yang terendam banjir selama 1
sampai 2 hari dipastikan tanaman padi masih bisa hidup.
Akan tetapi, jika sampai tiga hari terandam banjir dipastikan
bakal membusuk. Sebaliknya, jika tanaman padi mulai
berbuah, jika terendam sehari sudah mengurangi hasil panen
sekitar 50 persen."Jika sampai tiga hari teredam banjir
sampai tak kelihatan daunnya, maka kami akan mendata dan
melaporkan sebagai kasus gagal panen," pungkasnya.

sumber : Sumurkompanews

3 comments:

Budayakan Berkomentar,,,, karena dengan berkomentar kita aka saling mengenal dan mungkin mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan dalam pemikiran kita....
Untuk kalian yang belum mempunyai akun GOOGLE / WORDPRESS / OPEN ID atau yang lainnya tapi ingin berkomentar pada postingan ini silahkan pilih "NAME/URL" pada kolom "Beri Komentar Sebagai", untuk URL kalian bisa memasukkan url / alamat facebook/twitter,,, contoh : http://www.facebook.com/nama_facebok
Terimakasih...... Admin