[Nefi Ruspitasari, Sarjana Mendidik di SMPN 1 Okbibab, Distrik Okbibab, Kab. Pegunungan Bintang, Propinsi Papua]
----------------------------------------------------
Meskipun sempat gagal untuk mendaftar di angkatan ke-2 tahun 2012, Niat tulusnya tak menyerah untuk mencoba kembali mendaftar di angkatan ke-3 tahun 2013 dan akhirnya berkat doa dan usahanya dia dapat melalui tahap demi tahap rekruitmen dengan baik hingga diberangkatkan ke lokasi pengabdian.
September 2013, Nefi Ruspitasari, Wanita yang berasal dari Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa timur ini benar-benar tak menyangka akan mengabdikan diri di Distrik Okbibab Kabupaten Pegunungan Bintang Propinsi Papua.
Saat pengumuman lokasi pengabdian di tahap Prakondisi, Panitia SM-3T menyebarkan lembaran lokasi pengabdian di beberapa tempat, jadi setiap peserta SM-3T berebutan untuk mencari dan melihat lokasi pengabdiannya.
Saat itulah Nefi mengetahui bahwa lokasi pengabdiannya adalah Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua. Namun, Nefi tak sendiri karena ada 39 Peserta sarjana mendidik lainnya yang juga mengabdi di Kabupaten tersebut.
Ia menuturkan bahwa di daerah pengabdian satu-satunya alat trasnportasi adalah pesawat kecil dengan kapasitas 7 orang.
"Saya tak menyangka Okbibab ini masih Indonesia"
“Satu-satunya alat transportasi pesawat kecil dengan maksimal penumpang 7 orang. Biaya ke kota 2,4 Juta. Tidak ada sinyal, kalau mau berhubungan dengan keluarga pakai telpon satelit tarifnya 7.400/menit” Ujar Nefi
Lalu bagaimana cuaca di kabupaten tersebut? Ia menuturkan “ Cuaca sangat dingin, berada di ketinggian sekitar 3.700 mdpl dan tidak mengenal musim, biasanya sore hari panas dan siang hari hujan. Kalau sudah begitu harga kebutuhan pokok bisa 10x dijawa, harga beras 50.000/kg” ujarnya.
Sarjana lulusan Pendidikan Kewarganegaraan itu kini benar-benar merasakan keberwarnaan dan manisnya “Bhineka Tunggal Ika”, yang kemungkin hal ini hanya kebanyakan dipelajari secara teori di bangku kuliahnya.
Ia menuturkan meskipun berbeda budaya dan agama tapi penduduk sangat menyambut baik kedatangannya. Sebagai contoh kalau sedang ada acara di kampung atau di sekolah biasanya ada kegiatan bakar batu dengan daging babi. Nah, untuk Nefi disediakan sendiri daging ayam. Orang tua murid biasanya memberikan sayur. Tiap minggu juga siswa-siswanya mengumpulkan sayur untuknya, Di daerah itu Guru Benar-benar di hargai oleh masyarakat.
Di SMP N 1 Okbibab, terdapat 6 kelas, dan masing-masing tingkatan memiliki 2 rombel. Para siswa datang tidak menggunakan sepatu sebagaimana layaknya siswa di daerah perkotaan. Siswanya pun tak hanya datang dari Okibab, ada juga yang dari disrik lain. Mereka Berkumpul dan tinggal di asrama yang mereka buat sendiri. Terbuat dari sisa-sisa seng dan kayu yang lebih cocok disebut gubuk karena luasnya 3 x 3 dan di diami oleh 5 – 10 Anak. Meraka pun harus menempuh sejauh 8 Km untuk sampai ke sekolah.
Siswa SMPN 1 Okbibab pd tahun ajaran ini berhasil Lulus 100 % dan mendapatkan peringkat 5 se-kabupaten pegunungan Bintang. Mereka menyatakan senang saat para Guru SM-3T datang apalagi saat sentuhan teknologi dalam Pembelajaran digunakan. Misalnya Saat Nefi ini pernah menunjukkan Laptop dan beberapa Video pembelajaran.
“Selama ini siswa-siswi hanya melihat hutan dan Pesawat, Tidak Pernah Melihat Mobil dan Motor” Ungkap Nefi.
Segala Kondisi yang telah ia ceritakan tidak menyusutkan hatinya juga teman-teman SM-3T yang lain untuk tetap memberi yang terbaik dan sebanyak-banyaknya di daerah pengabdiannya hingga masa tugas berakhir di bulan september 2014 kelak.
-------------
Sumber : fb SM-3T